Badai pasti berlalu. Pepatah klasik ini menjadi penyemangat paling
ampuh untuk mengarungi tahun Naga Air 2012. Lalu, harus bagaimana?
Seperti
halnya perusahaan, setiap keluarga sebaiknya membuat perencanaan
keuangan 2012 dengan rapi. Berapa besar proyeksi pendapatan, apa saja
kebutuhan yang menjadi prioritas dan harus dipenuhi. Misalnya, tahun
depan anak Anda harus masuk sekolah dan Anda ingin membeli mobil baru.
Jadi, bisa tergambar berapa belanja dan beban lainnya.
Selain
menghitung pendapatan dan prioritas depan, Anda harus mengevaluasi
pencapaian investasi sepanjang 2011. Apakah keranjang investasi tahun
2011 masih sesuai dengan target pencapaian yang telah kita buat atau
sebaliknya sudah melenceng jauh sehingga harus ditata ulang
penempatannya.
Berdasarkan catatan KONTAN, tingkat imbal
hasil investasi sepanjang 2011, sebagian besar, membukukan imbal hasil
yang cukup rendah. Apabila kita mengukur imbal hasil investasi, simpanan
di deposito perbankan, misalnya, untuk jangka waktu 1 bulan–12 bulan
cuma menghasilkan sekitar 6,7%–7%. Itu pun belum termasuk potongan pajak
penghasilan atas bunga deposito. Sementara, kalau kita mengukur imbal
hasil investasi saham secara umum, merujuk pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), untuk enam bulan
terakhir malah masih minus 2,5%. Sementara sepanjang tahun hanya
membukukan gain 2,3%.
Pada akhir 2010 lalu, IHSG ada di 3.703,5
poin, pada penutupan bursa Selasa (27/12) lalu, ditutup pada level
3.789,43 poin. Keranjang investasi lainnya, seperti reksadana saham,
menurut Indeks Reksadana Saham yang dirilis oleh perusahaan riset
reksadana PT Infovesta Utama, membukukan imbal hasil minus, yakni
–0,99%. Adapun indeks reksadana campuran masih positif kisaran 1,98%.
Tampaknya,
hanya investasi emas yang masih membukukan gain tinggi sepanjang 2011.
Jika kita hitung sepanjang Januari–27 Desember 2011, rata-rata harga
emas di pasar spot yang dikutip Bloomberg menunjukkan ada kenaikan
12,6%.
Per akhir Desember 2010 lalu, harga emas masih ?US$
1.420,78 per ons troi, per ?27 Desember 2011 bertengger di US$ 1.600,18
per ons troi. Sementara, dalam enam bulan terakhir, imbal hasil emas
juga masih positif 6,6%.
Tapi, gambaran imbal hasil investasi
tahun lalu belum tentu berulang di tahun Naga Air ini. Banyak
ketidakpastian pada perekonomian global yang bakal berlanjut tahun ini,
terutama menyangkut penyelesaian persoalan krisis utang Eropa.
Lebih waspada
Sebelum
memutuskan ke mana investasi keluarga tahun ini, Aidil Akbar dari ACF
Financial Check Up mengatakan, ada beberapa kondisi di dalam negeri yang
patut menjadi perhatian. Misalnya, kemungkinan terjadi penurunan
ekspor Indonesia karena ekonomi negara tujuan ekspor sedang seret.
Kemudian,
tahun depan, pemerintah mungkin akan menaikkan tarif listrik dan
mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM). Nah, kenaikan tarif listrik
dan harga BBM ini bakal menyulut inflasi 2012. Dua poin tersebut bisa
menambah pengeluaran tahun depan.
"Kenaikan tarif listrik dan BBM
akan mendongkrak inflasi sehingga biaya pendidikan pun mau tak mau naik
minimal setinggi inflasi," tambah Eko Endarto, perencana keuangan dari
Finansia Consulting.
Dia memperkirakan, tahun ini bakal terjadi perubahan tingkat bunga dengan kecenderungan terus menurun.
"Bila
kondisi ini terjadi, kita harus bersiap bahwa investasi untuk produk
jangka pendek akan memberikan hasil yang terus menurun juga," jelasnya.
Tapi, di balik penurunan tingkat bunga ini, ada peluang meraup keuntungan dari berinvestasi properti.
"Kalau
bank terus berkomitmen menurunkan suku bunga, termasuk bunga pinjaman
kredit pemilikan rumah (KPR), harga properti berpeluang naik 2012 ini,"
kata Aidil Akbar.
Investasi berbasis pendapatan tetap alias fixed income
pun memiliki prospek bagus pada tahun ini. Aidil menyitir, beleid
pembatasan penyaluran kredit pada bisnis kartu kredit kepada nasabah
tertentu akan menyebabkan terjadi kelebihan likuiditas di industri
perbankan. Nah, kalau bank tidak getol menyalurkan kredit konsumen,
baik KPR maupun kredit pemilikan kendaraan bermotor (KPKB), maka tak ada
pilihan lain bagi bank agar dana tidak menganggur, selain membeli Surat
Utang Negara (SUN) dan sebagian di Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
(Bersambung)
sumber
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar Anda