Tim Garuda siap menjamu pasukan sepakbola Malaysia dalam pertandingan final piala Suzuki AFF 2010 pada hari ini. Ada pernyataan umum bahwa berhubungan intim sebelum melakukan kegiatan fisik berat, semisal sepakbola, akan menurunkan stamina dan membahayakan prestasi. Sehingga banyak pelatih mengharuskan atletnya untuk 'puasa' bercinta. Benarkah?
Aturan ini umum diberlakukan untuk para pemain sepakbola sejak 1970-an. "Sebenarnya tidak ada alasan tepat untuk membenarkan pendapat ini. Tidak ada dasar fisiologis untuk itu," kata John Bancroft, mantan Direktur Kinsey Institute For Sex, Gender, and Reproduction Research di Bloomington, Indiana, seperti dikutip dari Bioedonline.
Bancroft menambahkan, seks tidak mempengaruhi kekuatan, daya tahan atau kapasitas tubuh memanfaatkan oksigen.
Dalam penelitiannya, ia memantau 12 atlet pria yang memakai treadmill 12 jam setelah hubungan seks. Hasilnya, mereka tidak menunjukkan adanya penurunan kinerja. Selain itu, tidak ditemukan pula pengaruhnya terhadap cengkeraman, keseimbangan, pergerakan lateral, waktu reaksi atau kekuatan aerobik. Hal yang sama berlaku untuk efek pada konsentrasi mental atlet pria.
Masalah yang mungkin terjadi adalah periode refaktori atau kelesuan selama 20 menit bagi remaja hingga 24 jam bagi pria usia pertengahan. Namun pada atlet kelesuan ini lebih cepat akibat adanya kinerja fisik.
Bancroft menemukan selama orgasme, otak pria langsung terinduksi dan relaksasi yang bisa berlangsung hingga keesokan harinya. Kemungkinan masa santai inilah yang bukan waktu terbaik untuk bermain di final pertandingan besar.
Beberapa ahli menduga bahwa hormon prolaktin, yang berada di puncak beberapa jam setelah berhubungan seks, mungkin berpengaruh. "Tapi perannya belum diketahui pasti." Kemungkinan lain menurut ahli adalah adanya faktor psikologis seperti kewaspadaan dan agresivitas yang mempengaruhi kinerja.
Aturan ini umum diberlakukan untuk para pemain sepakbola sejak 1970-an. "Sebenarnya tidak ada alasan tepat untuk membenarkan pendapat ini. Tidak ada dasar fisiologis untuk itu," kata John Bancroft, mantan Direktur Kinsey Institute For Sex, Gender, and Reproduction Research di Bloomington, Indiana, seperti dikutip dari Bioedonline.
Bancroft menambahkan, seks tidak mempengaruhi kekuatan, daya tahan atau kapasitas tubuh memanfaatkan oksigen.
Dalam penelitiannya, ia memantau 12 atlet pria yang memakai treadmill 12 jam setelah hubungan seks. Hasilnya, mereka tidak menunjukkan adanya penurunan kinerja. Selain itu, tidak ditemukan pula pengaruhnya terhadap cengkeraman, keseimbangan, pergerakan lateral, waktu reaksi atau kekuatan aerobik. Hal yang sama berlaku untuk efek pada konsentrasi mental atlet pria.
Masalah yang mungkin terjadi adalah periode refaktori atau kelesuan selama 20 menit bagi remaja hingga 24 jam bagi pria usia pertengahan. Namun pada atlet kelesuan ini lebih cepat akibat adanya kinerja fisik.
Bancroft menemukan selama orgasme, otak pria langsung terinduksi dan relaksasi yang bisa berlangsung hingga keesokan harinya. Kemungkinan masa santai inilah yang bukan waktu terbaik untuk bermain di final pertandingan besar.
Beberapa ahli menduga bahwa hormon prolaktin, yang berada di puncak beberapa jam setelah berhubungan seks, mungkin berpengaruh. "Tapi perannya belum diketahui pasti." Kemungkinan lain menurut ahli adalah adanya faktor psikologis seperti kewaspadaan dan agresivitas yang mempengaruhi kinerja.
Semoga bermanfaat ...
sumber: VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar Anda