Kalo semua ditanya tentang siapa sih penemu bola lampu, mesin uap, atau penemu telpon dapat dipastikan semua bisa menjawabnya dengan benar bukan?! Maklumlah .. itu kan penemuan besar jadi kalian pada tahu.Tapi ada penemuan kecil yang elo-elo semua barangkali nggak pernah memikirkannya (pastinya!), siapa sih penemu celana kolor?
Sudah berabad-abad ini, celana kolor tetap dianggap underdog, nggak dianggap. Dalam dunia olahraga underdog itu benar-benar dipandang sebelah mata, diremehkan, tapi lawan tetap kudu hati-hati, karena “under” bisa jadi “above”. Contohnya Piala Dunia zaman bahuela, negara Kamerun yang underdog, berhasil mengejutkan negara-negara lain.
Gara-gara dianggap underdog, celana kolor pas dialih bahasakan ke dalam bahasa Inggris juga menggunakan kata “under”, kepanjangannya “underwear”. “Under” di sini berarti “berada di dalam”, sedang “wear” tetap berarti “pakaian”: pakaian yang diakai di dalam. Di sini, kolor Superman yang merah gemilang nan jaya abadi itu nggak masuk kategori underwear, karena dipakai di luar. Kolor Superman dikategorikan “outsidewear”, ato “redwear”, ato “wer-kewer-kewer”.
Kalo saja celana kolor bisa bicara, pasti dia akan protes tujuh keliling. Kenapa nggak dianggap? Terlebih lagi kenapa orang-orang nggak aware, nggak care dengan penemuan celana kolor yang sungguh fantastis itu. Penemuan yang seharusnya menjadi puncak dari peralihan manusia yang primitif menjadi manusia modern.
Elo kebayang nggak sih kalo nggak ada orang yang menemukan celana kolor? Pasti lucunya nggak ketulungan. Elo pergi ke kantor dengan celana jins ketat tapi nggak pake celana kolor. Pasti ada sesuatu yang aneh di “tengah-tengah”. Sometimes “burung” loe miring ke kiri, sometime ke kanan. Elo sibuk membetulkan “burung” loe itu agar selalu tepat berada di tengah. Yang paling menyebalkan kalo tiba-tiba elo ereksi, “burung” loe pasti akan susah terendali. Kalo ada celana kolor, kejadian-kejadian itu masih bisa diselesaikan secara jantan.
Contoh di atas itu untuk pria, gimana kalo wanita? Adakah hal yang menyebalkan kalo nggak pake celana dalam? Ya jelas ada dong. Malahan lebih gawat! Bayangin kalo wanita nggak pake celana dalam tapi pake rok, angin akan berhenbus kencang langsung masuk ke “lorong-lorong” yang gelap gulita dong, ya nggak? Masih mending cuma masuk angin, “lorong-lorong” itu bisa dikasih kaca nako (maksudnya supaya kalo angin kencang, kacanya ditutup, kalo kegerahan kacanya dibuka). Coba banyangkan kalo “lorong-lorong” itu dimasukkan semut? Dimasukkan kecoa? Kemasukan botol minuman? Wah, itu gokil abis kan? Meski wanita pakai celana jins kalo nggak pake celana kolor, pasti tetap akan menemukan masalah.
Ironis memang kita nggak bisa mengetahui siapa penemu celana kolor. Apa tujuan celana kolor diciptakan, bagaimana awal penciptaannya, apa lagu soundtrack-nya ketika celana kolor diciptakan? Pertanyaan-pertanyaan yang belum gue temukan itu (termasuk di Google atau Wikipedia) relevan dengan apa yang sering kita alami. Bahwa kita selalu meremehkan sesuatu yang “dianggap” kecil dan kemudian selalu kita lupakan. Kita bahkan nggak mau tahu kenapa begini kenapa begitu. Apa itu? Banyak! Banyak sekali!
Pernahkah elo tanya kapan ulangtahun Pembokat loe? Padahal Pembokat elo berjasa bagi nusa dan bangsa di keluarga loe. Yang sedari kecil mengganti popok loe kalo kebetulan ortu loe sibuk kerja. Yang ketika dewasa kudu sibuk mencuci piring bekas elo makan, Yang pagi-pagi buta harus ke pasar, mencuci baju, memasak, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang loe anggap remeh itu.
Pernah nggak loe mengucapkan kata: “Mama, aku bersyukur punya Mama yang sudah melahirkanku, mendidikku, dan bersabar karena attitude-ku yang menyebalkan. I love you Ma”. Remeh, tapi dampaknya luar biasa! Seperti celana kolor tadi itu: remeh, dianggap nggak berguna, tapi realitanya fungsional kalo eksistensinya ngga ada di dunia yang fana ini.
Gara-gara dianggap underdog, celana kolor pas dialih bahasakan ke dalam bahasa Inggris juga menggunakan kata “under”, kepanjangannya “underwear”. “Under” di sini berarti “berada di dalam”, sedang “wear” tetap berarti “pakaian”: pakaian yang diakai di dalam. Di sini, kolor Superman yang merah gemilang nan jaya abadi itu nggak masuk kategori underwear, karena dipakai di luar. Kolor Superman dikategorikan “outsidewear”, ato “redwear”, ato “wer-kewer-kewer”.
Kalo saja celana kolor bisa bicara, pasti dia akan protes tujuh keliling. Kenapa nggak dianggap? Terlebih lagi kenapa orang-orang nggak aware, nggak care dengan penemuan celana kolor yang sungguh fantastis itu. Penemuan yang seharusnya menjadi puncak dari peralihan manusia yang primitif menjadi manusia modern.
Elo kebayang nggak sih kalo nggak ada orang yang menemukan celana kolor? Pasti lucunya nggak ketulungan. Elo pergi ke kantor dengan celana jins ketat tapi nggak pake celana kolor. Pasti ada sesuatu yang aneh di “tengah-tengah”. Sometimes “burung” loe miring ke kiri, sometime ke kanan. Elo sibuk membetulkan “burung” loe itu agar selalu tepat berada di tengah. Yang paling menyebalkan kalo tiba-tiba elo ereksi, “burung” loe pasti akan susah terendali. Kalo ada celana kolor, kejadian-kejadian itu masih bisa diselesaikan secara jantan.
Contoh di atas itu untuk pria, gimana kalo wanita? Adakah hal yang menyebalkan kalo nggak pake celana dalam? Ya jelas ada dong. Malahan lebih gawat! Bayangin kalo wanita nggak pake celana dalam tapi pake rok, angin akan berhenbus kencang langsung masuk ke “lorong-lorong” yang gelap gulita dong, ya nggak? Masih mending cuma masuk angin, “lorong-lorong” itu bisa dikasih kaca nako (maksudnya supaya kalo angin kencang, kacanya ditutup, kalo kegerahan kacanya dibuka). Coba banyangkan kalo “lorong-lorong” itu dimasukkan semut? Dimasukkan kecoa? Kemasukan botol minuman? Wah, itu gokil abis kan? Meski wanita pakai celana jins kalo nggak pake celana kolor, pasti tetap akan menemukan masalah.
Ironis memang kita nggak bisa mengetahui siapa penemu celana kolor. Apa tujuan celana kolor diciptakan, bagaimana awal penciptaannya, apa lagu soundtrack-nya ketika celana kolor diciptakan? Pertanyaan-pertanyaan yang belum gue temukan itu (termasuk di Google atau Wikipedia) relevan dengan apa yang sering kita alami. Bahwa kita selalu meremehkan sesuatu yang “dianggap” kecil dan kemudian selalu kita lupakan. Kita bahkan nggak mau tahu kenapa begini kenapa begitu. Apa itu? Banyak! Banyak sekali!
Pernahkah elo tanya kapan ulangtahun Pembokat loe? Padahal Pembokat elo berjasa bagi nusa dan bangsa di keluarga loe. Yang sedari kecil mengganti popok loe kalo kebetulan ortu loe sibuk kerja. Yang ketika dewasa kudu sibuk mencuci piring bekas elo makan, Yang pagi-pagi buta harus ke pasar, mencuci baju, memasak, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang loe anggap remeh itu.
Pernah nggak loe mengucapkan kata: “Mama, aku bersyukur punya Mama yang sudah melahirkanku, mendidikku, dan bersabar karena attitude-ku yang menyebalkan. I love you Ma”. Remeh, tapi dampaknya luar biasa! Seperti celana kolor tadi itu: remeh, dianggap nggak berguna, tapi realitanya fungsional kalo eksistensinya ngga ada di dunia yang fana ini.
Semoga bermanfaat ...
sumber: http://notenggakpenting.blogspot.com/2009/02/who-cares.html
2 komentar:
hehehe, siapa yang penemu kolor ijo, sukses selalu, oh ya sekalian follower no 30, salam
kalau sempet berkunjung ke rumah kita ya, trims
eben3d: waduhh...siapa tuh penemunya ya?? haha ..
btw, thx ya gan sdh mampir ke rumah ane. kunjungan balik dari ane segera, gan!
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar Anda