Selasa, 11 Mei 2010

Tidur Semakin Sulit Saja



Cara melarikan diri dari stres kehidupan dan mengembalikan stamina yang paling baik adalah tidur. Melalui tidur, tubuh akan beristirahat dan sel-sel akan diregenerasi. Namun, ternyata tidur bukan pekerjaan sederhana. Tekanan pekerjaan dan gaya hidup serba cepat membuat banyak orang mengalami insomnia.

Ada yang sering merasa sulit tidur, terjaga dari tidur beberapa kali dan sulit untuk tidur kembali, atau bangun terlalu dini, serta tidur yang tidak menyegarkan. Di Indonesia, diperkirakan 10 persen penduduk menderita insomnia. "Insomnia sering tidak terdiagnosis dan tidak diobati," kata dr Nurmiati dari FKUI RSCM Jakarta.

Insomnia yang berlangsung kurang dari seminggu, disebut juga dengan transien insomnia, bisanya disebabkan oleh stresor akut, perubahan sirkadian, jet lag dan kerja gilir (shift work). Selanjutnya insomnia yang berlangsung selama 1-4 minggu disebut juga dengan insomnia jangka pendek. Penyebabnya bisa karena stresor yang berlangsur terus dan obat-obatan.

Sementara insomnia yang sudah berlangsung lebih dari sebulan atau insomnia kronik biasanya disebabkan gangguan kimia otak, hormon, atau gangguan psikiatri seperti kecemasan atau depresi. "Saat kena stresor, hormon stres akan  meningkat dan melatonin berkurang. Akibatnya kita sulit tidur," kata dr Nurmiati.

Insomnia tentu tak bisa diabaikan karena dapat berdampak merugikan. Kekurangan tidur bisa mengganggu produktivitas, menyebabkan kelelahan, mengurangi daya ingat, bahkan bisa menyebabkan kecelakaan. Namun yang perlu diwaspadai adalah gangguan fisik yang ditimbulkan akibat insomnia.

Tidur merupakan kebutuhan primer, gangguan tidur akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga berpeluang menculnya beragam penyakit. "Saat tidur terjadi perbaikan metabolisme otak, sistem imun meningkat, serta terjadi konsolidasi memori yang baru didapat dan mempertahankan memori yang lama sehingga ingatan kita lebih baik," ujar dr Nurmiati.

Penanganan insomnia, menurut Nurmiati, harus dilakukan secara komperhensif, baik secara medis maupun nonmedis. "Yang utama adalah mencari penyebabnya dulu dan mengobatinya. Misalnya dicari sumber stres atau kecemasannya," katanya. Bila itu menjadi pemicunya, biasanya insomnia tidak berlangsung lama.

Bila insomnia sudah berlangsung lama dan terapi relaksasi tidak menimbulkan keberhasilan, perlu penanganan profesional. Dokter akan memberi pengarahan jenis insomnia yang diderita dan memberi penanganan psikoterapi dan farmakoterapi yang sesuai.

Sumber: KOMPAS.com

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentar Anda